D.C. United memecat Troy Lesesne sebagai pelatih setelah kalah dari Nashville di U.S. Open Cup

Penulis:LIVESCORE138 Waktu Terbit:2025-07-12 Kategori: news

**D.

C.

United Pecat Troy Lesesne: Akhir yang Tak Terhindarkan di Tengah Krisis Performa**Washington, D.

C.

– Era Troy Lesesne di D.

C.

United berakhir lebih cepat dari yang diharapkan.

Klub ibu kota secara resmi memecat Lesesne sebagai pelatih kepala, hanya beberapa jam setelah kekalahan memalukan dari Nashville SC di ajang U.

S.

Open Cup.

Keputusan ini, meski terasa pahit, terasa tak terhindarkan mengingat performa buruk yang mendera tim dalam beberapa pekan terakhir.

Lesesne, yang baru memasuki tahun keduanya sebagai pelatih kepala, sejatinya memiliki potensi besar.

Namun, sepak bola adalah bisnis kejam yang mengutamakan hasil.

D.

C.

United kini terpuruk dalam lima kekalahan beruntun di semua kompetisi, sebuah catatan yang sangat mengkhawatirkan bagi sebuah klub yang berambisi untuk kembali ke masa kejayaannya.

Lebih dari itu, mimpi untuk mengakhiri paceklik enam tahun tanpa lolos ke babak *playoff* semakin menjauh.

Kekalahan dari Nashville di U.

S.

Open Cup menjadi puncak gunung es.

Publik RFK Stadium menyaksikan tim kesayangan mereka bermain tanpa gairah, tanpa taktik yang jelas, dan tanpa determinasi untuk meraih kemenangan.

Kekalahan ini bukan hanya sekadar hasil buruk, tetapi juga cerminan dari masalah yang lebih dalam di tubuh tim.

Statistik berbicara dengan lantang.

Pertahanan D.

C.

United rapuh, mudah ditembus pemain lawan.

Lini tengah kurang kreatif dan gagal mengendalikan tempo permainan.

Lini depan tumpul, kesulitan menciptakan peluang dan memaksimalkan peluang yang ada.

Semua faktor ini berkontribusi pada performa buruk yang kita saksikan.

Sebagai pengamat sepak bola, saya melihat ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kegagalan Lesesne.

Pertama, kurangnya konsistensi dalam pemilihan *starting eleven*.

Terlalu sering terjadi perubahan formasi dan pemain, yang membuat tim sulit membangun *chemistry* dan kekompakan.

Kedua, taktik yang diterapkan kurang fleksibel dan mudah dibaca oleh lawan.

Lesesne tampaknya kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan taktik yang dilakukan oleh tim lawan.

Ketiga, kurangnya motivasi dan disiplin di dalam tim.

Beberapa pemain terlihat bermain tanpa semangat dan kurang fokus dalam pertandingan.

Ke depan, D.

C.

United membutuhkan sosok pelatih yang mampu membangkitkan semangat tim, menerapkan taktik yang efektif, dan membangun mentalitas juara.

Tugas ini tidak mudah, tetapi dengan dukungan penuh dari manajemen dan para suporter, saya yakin D.

C.

United mampu kembali menjadi kekuatan yang disegani di Major League Soccer (MLS).

Pemecatan Lesesne adalah babak baru bagi D.

C.

United.

Semoga keputusan ini menjadi titik balik bagi klub untuk bangkit dan meraih kesuksesan di masa depan.

Kita tunggu saja siapa yang akan ditunjuk sebagai pelatih kepala selanjutnya dan bagaimana ia akan membawa D.

C.

United kembali ke jalur kemenangan.